Sunday, April 25, 2010

The Nanny

Kehidupan moden yang begitu mencabar dan mencengkam sentiasa menekan dan memaksa kita melakukan sesuatu yang kadang kala di luar kemampuan. Malah, ada yang di luar batasan minda dan lebih malang lagi di luar batasan agama (nauzubillah) bagi mereka yang "terdesak" lalu mengetepikan agama.

Saya ingin menyentuh salah satu sudut kehidupan yang mungkin tidak begitu sinonim dengan saya. Masakan tidak, ianya menyentuh aspek kehidupan sebuah rumahtangga dan melibatkan anak-anak. Saya masih belum punyai walau satu pun daripada mana-mana aspek tersebut. Tetapi, insyaallah itulah yang bakal dihadapi oleh semua orang termasuk saya.Bukankah begitu?

Sejujurnya, memang bukan saya orang yang sebaiknya untuk memperkatakan tentang "The Nanny", tetapi apa yang ingin saya tuliskan ini adalah luahan pandangan dan sudut perspektif saya. Saya bukanlah mahu menyentuh secara langsung atau menyeluruh berkenaan topik ini.

Saya sedang dalam pertimbangan untuk menjadikan bidang pengasuhan sebagai kerjaya saya.

Ya, saya seorang pemegang ijazah kejuruteraan (lebih spesifik lagi, elektronik). Jadi, kenapa tidak saya memilih kerjaya yang berkaitan dengan pengajian saya itu?

Memang, itulah soalan paling menarik. Saya turut mahukan dan mencari jawapan bagi soalan terbabit. Bak kata pepatah, ukurlah baju di badan sendiri.

Apapun, tidak saya nafikan sumbangan sebagai seorang pengasuh tidak kurang hebatnya dengan sumbangan sebagai seorang jurutera.

We need to think out of the box, whether we see the half glass empty or the half glass full.

Baru-baru ini, apabila muncul tawaran pekerjaan sebagai pengasuh sepenuh masa, disertai dengan beberapa tawaran lain yang ada, kesukaran untuk membuat pilihan tentu sekali wujud dan begitu menyesakkan.

Banyak perkara yang perlu dipertimbangkan; stabil atau tidak pekerjaan tersebut, ada jaminan masa hadapan atau tidak, jumlah gajinya bagaimana dan pelbagai perkara lain yang menjadi timbang tara bagi menetapkan sesebuah pilihan kerjaya.

Sesungguhnya ilmu yang saya perolehi dari pembacaan berkenaan "Self Assertion" banyak mengajar saya untuk membuat penentuan untuk diri sendiri. Be assert with myself and others.

Walaupun sepanjang kehidupan, kebanyakan keputusan saya putuskan sendiri dan tiada siapa sangat yang masuk campur, tetapi banyak juga perkara yang melibatkan campur tangan orang lain dan bukan saya putuskan sendiri. Sebagai contoh, cerita berkenaan zaman sekolah menengah rendah saya. Bagaimana cikgu yang tolong daftarkan saya ke sekolah setelah hampir 3 bulan "menganggur".

Itu contoh cerita yang pernah saya lakarkan di laman ini. Banyak lagi sebenarnya contoh-contoh lain tetapi cukuplah hanya saya dan Allah yang tahu. Tiada kepentingan untuk saya coretkan di sini.

Berbalik kepada persoalan "The Nanny", masih belum ada apa-apa keputusan yang telah diambil tetapi setakat ini pihak majikan sudah sedia maklum tentang permohonan saya dan hanya menunggu saya berkata "ya". Itupun bergantung kepada keputusan temuduga bagi tawaran pekerjaan kedua yang saya telah mohon.

Secara tepat, saya mempunyai 3 tawaran pekerjaan. Tawaran yang ketiga ini, saya pun masih mempertimbangkannya lagi tetapi tidaklah se"confirm" dua tawaran tadi. Peratusannya 50-50 sahaja dan kurang memberi tekanan kepada saya.

Persoalannya sekarang tidak hanya terletak pada "mana yang saya nak" tetapi "mana yang saya dapat".

Itu konklusi yang boleh saya ringkaskan di sini.

"..berikanlah aku yang terbaik di mana jua ia berada Ya Allah, dan jadikanlah aku redha dengannya."

Insya Allah, moga Allah permudahkan jalan untuk saya. Apa yang baik tentu sekali datang dariNya. Begitu juga yang buruk. Tetapi, yang buruk itu bersangkut paut dengan kelemahan dan kekurangan yang ada pada diri saya.

Mohon kalian doakan jua untuk saya sebagaimana saya turut mendoakan kesejahteraan sekalian muslimin muslimat, di mana jua kalian berada.

Terima kasih.

p/s: Adakah entri ini terlalu personal? Tepuk kepala, tanya akal.

Friday, April 23, 2010

Don't Let Criticism Stop You

Criticism is an especially frightening consequence for a person who accepts two common irrational assumptions.

ASSUMPTION 1: For me to be "okay", it is absolutely neccessary that I be liked and approved of by everyone.

ASSUMPTION 2: For me to feel good about myself, I must never make a mistake.

Without doubt, the two assumptions affect both women and men. However, there is some evidence that women may be influenced more than men by the assumption that an individual's self-worth is dependent on the positive responses of other people.

If a woman's "okayness" depends on her pleasing other people, she will frequently feel bad about herself. To please everyone is an impossible task.

Criticism does not invariably lead to negative feelings about oneself and other people.

Then, how a woman can deal with criticism in such an assertive manner?

There are 5 basic ways a woman can respond assertively to criticism from another person:

1) Accept the criticism
2) Disagree with the criticism
3) Set limits with the person who is criticizing her
4) "Fog" away the criticism
5) Delay her response

A woman chooses between these 5 will depend on her feelings at the moment. All the above responses are assertive in that they allow a woman to state her honest feelings without attacking the other person. All responses allow a woman to maintain the basic position, "I'm okay. You're okay".

Can we go through all 5 responses that stated above?

1) When a criticism is realistic, your most powerful assertive response may be a simple acceptance that does not apologize, does not defend, and does not put yourself down.

For example, if someone criticizes you, "Your report is not well written," and feel this criticism is valid, you can assertively reply, "You're right. I'm going to brush it up tonight." If your reply is stated with direct eye contact and a firm tone of voice, you convey to the other person verbally and nonverbally.

2) There are times when criticism does not fit. There are occasions when criticism is based on false information. If this is the case, it is important NOT to accept the criticism. It is important to disagree.

Why do we have such difficulty disagreeing with criticism? It is due to the fact that women equate disagreeing with attacking another person. So, there are several tips that you can use:

- In dealing with criticism that is too broad, like "Don't you ever start working on time", a focused disagreement works best. A focused disagreement allows a woman to view herself in relative terms. A focused disagreement allows her to accept the valid aspects of a criticism while separating herself from the erroneous portions.

Referring to example, "Don't you ever start working on time", you can came up with the simple statement "Today, I am late getting started. Today really is the exception, however. I'm usually at my desk at nine."

-There are also times when a criticism is not based solely on a factual incident but on a broad evaluation and interpretation of the meaning if that incident.

Same as above, a focused disagreement of criticisms based on value judgements works best when a woman clearly states specific incidents that lie behind the judgement.

3) Setting limit involves teaching another person how we expect to be treated. This includes teaching another person how to give us negative feedback. Since aggressive criticism can and often does harm a person, it is very important that a woman know and assert her limits in this particular area.

4) Manuel Smith, author of When I Say No I Feel Guilty, has formulated a methhod of dealing with criticism that he terms "fogging". Fogging is a response to criticism that does not say "yes" or "no". If I am fogging, I neither agree nor disagree with a criticism. Instead, I briefly acknowledge that a person has criticized me and then quickly move on to another subject.

For example, if someone said to me, "You're a selfish person," I could fog by replying "I may be selfish sometimes" or "That may be true." The accusation of being selfish does not particularly bother me.

Fogging is most useful when a criticism does not evoke a strong emotional reaction. Fogging is simply another alternative for a woman to use in conveying her feelings.

5) There are times when criticism takes a woman completely by surprise. She feels confused; she does not know what she wants to say. A woman can respond assertively in such a situation simply by indicating the confusion, surprise, and/or dissappointment that the criticism provokes. At that moment, she does not respond to the content of the criticism. Thus, a woman might say, "I'm really confused about that criticism. Let me think about it for a few minutes."

Feeling free to express our feelings of confusion or our inability to respond means that we are less likely to accept the criticism which does not fit or let someone get away with aggressive attack. By backing up for a moment to examine our feelings, rather than simple reacting from panic, we can most effectively sort out and respond to the realities of the critical message.

Edited from: Self Assertion For Women by Pamela E.Butler

Wednesday, April 21, 2010

Kapten yang bahagia

"Berbahagialah orang yang dapat menjadi tuan untuk dirinya, menjadi pemandu untuk nafsunya dan menjadi kapten untuk bahtera hidupnya."

Itulah kata-kata dari khalifah Islam yang tersohor, Saidina Ali. Barangkali ramai antara kita yang mengetahui tentang bait kata ini.

Kesempatan menonton rancangan "Fenomena Seni bersama Rosyam Nor" di TV1 menjadi inspirasi saya untuk menulis entri ini.

Isu artis dan dadah.

Sebelum itu, saya turut berpeluang untuk menonton rancangan terbitan Astro. Skrip dan jalan cerita oleh Asmawi Ani (Mawi) yang bertajuk "Jiwa Kacau" yang juga membawakan isu berkenaan dadah.

Antara kasihan, benci dan marah.

Benarlah kata Saidina Ali, bahagialah mereka yang menjadi kapten untuk bahtera hidupnya sendiri. Bukan dadah. Bukan orang lain, tetapi dirinya sendiri yang mendapat petunjuk dan bimbingan dari Yang Maha Memelihara.

Monday, April 12, 2010

Aku Cinta Allah




Wali Band - Aku Cinta Allah

Andaikan diriku bisa seperti yang lain,
Yang Kau sayang, yang Kau rindukan, yang Kau cintai

Aku lemah, tanpaMu aku lelah.
Aku sungguh tak berdaya

Tolongku, tolongku Ya Allah

Setiap air mataku mengalir, Allah aku lemah dan tak berarti,
Setiap derai tangis membasahi, Allah jangan tinggalkan aku lagi

Aku sayang Allah, aku rindu Allah, aku cinta Allah!

Tuesday, April 6, 2010

Sakit

Ingatlah 5 perkara sebelum datang 5 perkara:

Muda sebelum Tua
Kaya sebelum Miskin
Sihat sebelum SAKIT
Lapang sebelum Sempit
Hidup sebelum Mati.

Begitu indah dan berkuasanya kasih sayang seorang ibu. Hinggakan tatkala sakit, ubat yang paling mujarab adalah pelukan dari ibu tercinta. Itu sudah cukup untuk mengurangkan rasa sakit yang dihadapi.

Terima kasih Allah. Aku bersyukur atas kurniaan kedua ibu bapaku ini.


"Wahai Tuhanku! Cucurilah rahmat kepada mereka berdua sebagaimana mereka telah mencurahkan kasih sayangnya memelihara dan mendidikku semasa kecil." (Al Israa': 24)